Rabu, 04 September 2013

Berbagi File GRATIS

4shared.com - Berbagi-pakai file online gratis

Pembelajaran Berbasis ICT Religi Model Animasi



ABSTRAK
Amin Muslih. 2013.  Pembelajaran Berbasis ICT Religi  Model Animasi untuk Meningkatkan Karakter dan Prestasi Belajar Listrik Dinamis pada Peserta Didik SMA Negeri 8 Surakarta: 

Tujuan penelitian ini adalah dengan pembelajaran berbasis ICT religi model animasi untuk memperbaiki proses pembelajaran fisika dan  meningkatkan  karakter  religius, jujur, disiplin, cinta tanah air dan peduli sosial serta   prestasi  belajar  fisika kompetensi listrik  dinamis. Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu usaha dari seorang guru  untuk memperbaiki permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di era global akibat pesatnya kemajuan teknologi informasi, terutama yang berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa untuk menyiapkan generasi yang unggul. Penelitian ini  memanfaatkan  bahan ajar fisika berbasis ICT yang di dalamnya telah terintegrasi dengan muatan karakter yang bersumber dari Al Quran dan Hadits. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, penelitian ini dilakukan berulang-ulang, setiap ulangan disebut dengan siklus. Satu siklus terdiri dari: perencanaan tindakan, pelaksanan tindakan,  pengamatan dan pengumpulan data, refleksi.
Penelitian dilaksanakan  di  SMA Negeri 8 Surakarta  tahun pelajaran 2012/2013  semester genap dengan subjek penelitian kelas X 7 berjumlah 27 peserta didik. SMA Negeri 8 Surakarta salah satu sekolah yang dijadikan percontohan tentang pendidikan karakter, akan tetapi selama tiga tahun terakhir hasilnya belum optimal. Kesenjangan ini dicoba diperbaiki dengan memanfaatkan gadget dalam pembelajaran berbasis ICT religi model animasi dengan  metode demonstrasi dan penugasan.
Hasil pembelajaran berbasis ICT religi model animasi pada awalnya menujukkan perubahan yang lebih baik pada aktivitas belajar yaitu: kedisiplinan masuk kelas tepat waktu, keaktivan belajar yang berpusat pada siswa,  ketertiban dalam pembelajaran, tanggung jawab menyelesaikan tugas yang diberikan guru,  kejujuran dalam mengerjakan ulangan, kerjasama yang baik dalam kelompok. Perubahan aktivitas belajar mengefektifkan difusi  inkulkasi dan keterampilan asertif dari materi bahan ajar sehingga ada peruhahan karakter religius, jujur, disiplin, cinta tanah air dan peduli sosial, semua berubah menjadi lebih baik. Perubahan karakter dapat meningkatkan kemampuan berpikir  yang dimanifestasikan kedalam pola perilaku, keterampilan dan pengetahuan (prestasi belajar) secara induvidual, serta peningkatan ketuntasan belajar dan tingkat keseragaman penguasaan kompetensi listrik dinamis, secara klasikal. Data prestasi belajar  dengan predikat baik, ketuntasan belajar, dan koefisien varian, berturut-turut  pada  prasiklus:  15%, 59% dan 15%, meningkat pada siklus 1 menjadi: 33%, 78% dan 14%,  meningkat lagi  menjadi 85%, 96% dan 9% pada siklus 2.

Kata Kunci: ICT Religi, animasi, karakter, prestasi belajar.
 Bahan Ajar dapat diunduh di sini 

Keep On Learning Berbasis ICT Sosial Network

ABSTRAK Amin Muslih,” Pemanfaatan Keep On Learning berbasis ICT Social Network untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Gelombang Elektromagnetik pada Generasi Platinum SMA Negeri 8 Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 ”. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran gelombang elektromagnet dengan strategi active learning model Keep On Learning berbasis ICT Social Network untuk melihat perubahan motivasi dan hasil belajar pada generasi platinum kelas X di SMA Negeri 8 Surakarta. Generasi platinum, adalah salah satu sebutan anak- anak kelahiran akhir 1990 hingga awal tahun 2000, mereka mempunyai karakter unik yang lebih eksploratif selaras arah perkembangan teknologi, mereka juga mahir menggunakan gadget. Mereka punyai keunggulan yaitu memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan mengakomodir informasi sehingga mereka memiliki kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya dengan strategi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan kekuatan connectivity, speed, intangible, dan compatibility. Salah satu caranya adalah dengan strategi keep on learning berbasis ICT Social Network. Penelitian penerapan strategi keep on learning berbasis ICT Social Network dengan dua siklus pembelajaran standar kompetensi 6. Memahami konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik, yang mengambil subyek penelitian kelas X 6 SMA Negeri 8 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, dengan instrument obsevasi, dan angket didapatkan hasil sebagai berikut, Dapat meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar gelombang elektromagnetik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aktifitas belajar pada siklus 1 69% meningkat menjadi 85% pada siklus 2. Motivasi belajar berdasarkan angket yang memberi pernyataan positif pada siklus1 53%, dan meningkat menjadi 83% pada siklus 2. Strategi belajar ini lebih cocok jika kelompok belajar dibuat grup lebih kecil yang terdiri antara 3-4 peserta didik. Dengan aktifitas dan motivasi belajar yang semakin baik, maka hasil belajar dan ketuntasan belajar lebih meningkat dan merata. Pada siklus 1 rerata nilai 73 dengan ketuntasan belajar 84%, dan jangkauan 12 poin, pada siklus 2 menjadi 82 dengan ketuntasan belajar 100% dan jangkauan 10 poin. Kata kunci : Keep on learning, Social Network, Generasi Platinun, Motivasi Belajar Optim

Rabu, 04 November 2009

Meningkatkan Daya Ingat

Orang-orang berdaya ingat kuat memiliki beberapa kebiasaan yang tidak akan mereka lewatkan tiap harinya. Melatih kebiasaan itu mungkin bisa membuat Anda menjadi salah satu dari mereka yang berdaya ingat kuat.

Melindungi dan meningkatkan kemampuan otak sangatlah mudah. Cukup melatih beberapa kebiasaan kecil dan ubah pola hidup yang tidak baik. Otak akan tetap hidup bahkan meningkat kemampuannya jika terus dilatih dan digunakan.

Sebuah survei online dilakukan oleh para peneliti Australia terhadap 29.500 orang responden yang telah diseleksi dan termasuk kategori orang-orang yang memiliki daya ingat kuat.

Para responden sebelumya menjalani beberapa tes ingatan seperti mengingat kejadian-kejadian 1, 5 atau 20 tahun yang lalu, menghafal daftar belanja, mengingat wajah orang, nama-namanya serta pekerjaannnya masing-masing.

Peneliti juga menganalisis pola hidup dan pola makannya sehari-hari. Akhirnya setelah melakukan beberapa analisis, para peneliti mengetahui dan menyimpulkan 7 kebiasaan orang-orang dengan daya ingat yang kuat.

Dikutip dari Prevention, Jumat (7/8/2009), ini dia 7 kebiasaan sederhana mereka yang berdaya ingat kuat yang bisa Anda terapkan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan otak.

1. Tidak mengonsumsi alkohol
Mereka dengan memori yang kuat ternyata jarang mengonsumsi minuman-minuman beralkohol, karena ternyata alkohol dapat merusak sistem saraf dan melemahkan kemampuan otak.

2. Menonton televisi tidak lebih dari satu jam setiap harinya
Orang-orang berdaya ingat kuat jarang melihat tontonan-tontonan yang tidak terlalu penting, kecuali tontonan yang sifatnya mengedukasi. Mereka lebih sering membaca ketimbang menonton.

3. Sering membaca novel
Dengan membaca novel, otak akan dilatih berpikir dan menebak-nebak apa yang akan terjadi. Alur cerita novel yang berliku-liku akan membuat otak terus berpikir tapi dalam bentuk petualangan otak yang lebih menarik dan seru.

4. Selalu menyilang-nyilangkan dan menyambung-nyambungkan data
Kemampuan otak akan terus meningkat ketika data yang masuk ke dalamnya terhubung satu sama lain. Dengan menghubung-hubungkan seperti itu, sebuah data akan tersimpan dan tertanam dalam otak lebih kuat lagi.

5. Tidak pernah lupa mengonsumsi ikan
Ikan diketahui merupakan sumber protein yang berfungsi meregenerasi sel-sel mati. Sel-sel otak pun harus terus diregenerasi. Beberapa jenis ikan seperti salmon dan sarden mengandung omega 3 yang sangat baik untuk perkembangan sel-sel otak dan kemampuan mengingat seseorang.

6. Meminum teh atau kopi
Teh dan kopi mengandung kafein yang bisa memacu kerja jantung dan otak untuk terus terjaga dan bekerja lebih baik lagi. Namun konsumsi yang berlebihan, terutama kopi bisa berakibat fatal. Minumlah dalam dosis yang sewajarnya.

7. Selalu membuat catatan dalam bentuk jurnal atau notes kecil
Data yang masuk ke otak kita tanpa tercatat mungkin saja menempel dan mungkin juga tidak. Namun jika data tersebut dicatat, maka kita dapat melihatnya kembali ketika lupa. Mencatat juga ternyata bisa meningkatkan kemampuan otak untuk menghafal hingga 20 persen.

Selasa, 17 Februari 2009

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN INTERNET IN CD

ABSTRAK
Perkembangan dalam bidang teknologi informasi yang pasat saat ini, telah mengakibatkan pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat, untuk menjaga pergeseran nilai ke arah negatif sangat diperlukan usaha yang maksimal dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menjawab tantangan dinamika masalah di masyarakat.
Untuk itu harus selalu ada inovatif dalam proses pembelajaran. Diberlakukannya Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah kesempatan yang baik bagi setiap guru di setiap tingkatan satuan pendidikan untuk menciptakan dan mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi guru dan peserta didik.. Jika bahan ajar itu mampu menciptakan Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), maka akan dihasilkan hasil belajar yang optimal, meskipun dalam kondisi yang terus berubah.
Bahan ajar internet in CD, adalah satu inovatif dalam pembelajaran yang memanfaatkan file-file freeware yang banyak terdapat di internet, yang di download kemudian disusun sesuai materi dalam kurikulum mata pelajaran, dengan bahasa HTML., dan disimpan dalam media penyimpanan CD. Sehingga dapat ditampilkan lagi meskipun dalam kondisi offline dengan internet. Bahan ajar ini sangat cocok digunakan pada satuan pendidikan yang terkoneksi internet cara dial-up belum terkoneksi dengan secara dedicated, atau telah terkoneksi dedicated, tetapi bandwidthnya sempit./kecil. Bahan ajar internet in CD, jika terisi file animasi atau berektensi .swf maka dapat sebagai pengganti alat peraga yang biasanya ada di laboratorium.
Kata kunci : Perkembangan, Perubahan, Inovasi, PAKEM, Optimal.

Senin, 28 Januari 2008

PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

Tidak semua anak memiliki fisik dan mental yang sempurna ketika dilahirkan. Beberapa anak mengalami hambatan atau kekurang sempurnaan. Ada beberapa orang tua yang segera menyadari kekurangan pada anaknya dan menindaklanjuti dengan segera membawa kepada ahli untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Akan tetapi tidak semua orang tua seperti itu. Beberapa orang tua dengan segala keterbatasan yang dimiliki (-pengetahuan, dana,tenaga-) kadang menjadikan dia tidak bisa dengan segera memfasilitasi kebutuhan anaknya. Tidak jarang pula ada orang tua yang justru menyembunyikan kekurangan yang diidap anaknya karena deraan rasa malu. Hal seperti ini menjadikan anak menderita. Dan itu berarti orang tua bisa dikatakan telah menelantarkan anaknya. Untuk anak yang beruntung, ia akan dimasukkan ke sekolah inklusi. Yaitu sekolah yang menerima anak tanpa memandang kekurangan dalam mental maupun fisik kemudian menanganinya sesuai dengan kebutuhannya. Di sekolah ini semua anak akan mendapatkan haknya dengan pola asuh yang berbeda, sehingga masing-masing anak dapat mengetahui dan memahami arti keberagaman dan kebersamaan.

Krisis energi yang terjadi pada awal abad ke-21 telah membawa banyak kesengsaraan di semua belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Krisis yang terakhir yang dialami bangsa Indonesia adalah semakin mahalnya minyak goreng, gandum dan kedelai, karena ketiga komodite tersebut di negara-negara maju sekarang ini, telah banyak dikonversi menjadi energi lewat bioenergi. Akibat lain dari krisis tersebut antara lain meningkatnya angka kemiskinan dan penganguran, menurunnya drajat kesehatan dan indeks pendidikan masyarakat, sehingga belakangan ini semakin banyak ditemukan beberapa penyakit seperti penyakit polio, gizi buruk, juga busung lapar menyerang anak-anak di negara kita, dan semakin banyak ditemukan penyalahan obat-obat terlarang serta kasus HIV. Bila mereka tidak cepat tertangani dalam keadaan dan tingkatan tertentu dapat berakibat menurunnya kecerdasan dan kecacatan tubuh, maupun pancaindranya.
Hubungannya dengan dunia pendidikan, anak yang mengalami kecacatan di sekolah akan membutuhkan layanan pendidikan yang khusus. Selama ini, mereka di sekolahkan di sekolah luar biasa, akan tetapi tidak disetiap kota terdapat sekolah luar biasa. Merkipun demikian pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini harus terus diperhatikan, berdasrakan amat Undang-Undang Dasar di Negara kita.
UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III ayat 5, menyebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dapat diartikan semua orang berhak memperoleh pendidikan yang layak sama dan tanpa diskriminasi, termasuk warga negara yang memiliki kesulitan belajar seperti kesulitan membaca (disleksia), menulis (disgrafia) dan menghitung (diskalkulia) maupun penyandang ketunaan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras). Dengan demikian, tidak ada lagi pemisahan atau perbedaan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi warga negara Indonesia yang memiliki kelainan dan atau kesulitan belajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memungkinkan terwujudnya kebebasan dalam memperoleh pendidikan. Salah satu yang dihasilkan adalah internet, internet menghasilkan program pendidikan tanpa batas dan dapat dinikmati oleh siapa saja di seluruh dunia. Sama halnya dengan perkembangan dalam dunia pendidikan. Dahulu kita mengenal pendidikan khusus bagi anak yang memiliki “kebutuhan khusus” dalam belajar, mereka dibedakan dan “terbatasi” dengan dunia luar dan sosial. Bertahun-tahun mereka hanya dapat melihat dan menyimpulkan dalam hati, “ternyata dunia begitu sempit dan duniaku terpisah jauh dari yang lainnya”. Secara kebutuhan memang pendidikan khusus dapat memberikan perhatian dan pendekatan pendidikan yang tepat dan fokus, tetapi bagaimana dengan kondisi emosional bagi anak berkesulitan belajar (kebutuhan khusus)? Ternyata mereka juga memiliki perasaan untuk diperhatikan dan dipandang sama dengan anak-anak yang normal.
Pada perkembangannya, diperkenalkanlah program pendidikan yang tidak lagi memisahkan antara anak yang berkebutuhan khusus dengan anak yang normal, program ini lebih dikenal dengan pendidikan terpadu atau inklusi, program pendidikan ini merupakan bentuk pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah umum (mengikutsertakan anak-anak berkebutuhan khusus/cacat untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak normal sebayanya di sekolah umum), yang pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat sekolah itu, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif (Rogers dan Moore dalam Sunardi :1997). Hal ini sejalan dengan Surat Keputusan (SK) Mendikbud Nomor: 002/U/1986 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan terpadu ialah model penyelenggaraan program pendidikan bagi anak cacat yang diselenggarakan bersama-sama anak normal di lembaga pendidikan umum dengan menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :





Jenis Anak Berkebutuhan Khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut :

A. Tunanetra
B. Tunarungu
C. Tunagrahita: (a.l. Down Syndrome)
-C : TunagrahitaRingan(IQ = 50-70)
-C1 : TunagrahitaSedang(IQ = 25-50)
-C2 : TunagrahitaBerat(IQ < 25 )
D. Tunadaksa:
-D : TunadaksaRingan
-D1 : TunadaksaSedang
E. Tunalaras(Dysruptive)
F. Tunawicara
G. Tunaganda
H. HIV AIDS
I. Gifted : PotensiKecerdasanIstimewa (IQ > 125 )
J. Talented : PotensiBakatIstimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual)
K. KesulitanBelajar(a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
L. LambatBelajar( IQ = 70 –90 )
M. Autis
N. KorbanPenyalahgunaanNarkoba
O. Indigo
Jenis Bentuk Layanan Pendidikan

1 Sekolah Luar Biasa

-Satuan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus: TKLB,SDLB,SMPLB,SMALB,SMKLB
2. Sekolah Inklusi

-SekolahBiasa Penyelenggara Pendidikan Inklusi, yang
Mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus(yang mempunyaiIQ normal) bagi:
a. Yang memiliki Kelainan(IntelectualChallenge), bakat
istimewa, kecerdasanIstimewa.
b. Yang memerlukan Pendidikan Layanan Khusus
-Sekolah Inklusi adalah Sekolah biasa yang terpilih Melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik Kepala Sekolah, Guru, OrangTua, PesertaDidik, Tenaga, Administrasi dan LingkunganSekolah/ Masyarakat.
Pada sistem pendidikan di Indonesia, penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model, diantaranya sebagai berikut :
1. Kelas reguler (inklusi penuh)
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2. Kelas reguler dengan cluster
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.
3. Kelas reguler dengan pull out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
5. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkebutuhan khusus belajar dalam kelas pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler.
6. Kelas khusus penuh
Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pad a sekolah reguler.

Berdasarkan sumber: Indonesia Educational Statistics in Brief 2004/2005; Balitbang Diknas Sasaran pendidikan anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah 95.977.872 orang yang terlayani 47.867.930 orang (49,87 %) dan yang belum terlayani sebanyak 46.109.942 orang (50,13 %). Sementara Data penyandang cacat, berdasarkan (Analisa Deskriptid PMKS 2003) - BPS dan Depsos
:1. Berdasarkan data Susenas tahun 2003, penyandang cacat di Indonesia 1,48 juta (0,7% dari jumlah penduduk Indonesia).
2. Jumlah penyandang cacat usia sekolah (5 s.d–18 th) ) ada 21,42 % dari seluruh penyandang cacat.

Menurut Dr. Euis Karwati, MPd., Kasubdis PLB Diknas Provinsi Jawa Barat, pada awalnya banyak perdebatan yang timbul dimasyarakat terhadap implementasi pendidikan inklusi, namun pada akhirnya program ini dapat diterima ditengah masyarakat dan Jawa Barat berhasil menjadi provinsi yang terbaik dalam penyelenggaraan program pendidikan inklusi. Selain itu kita juga mengetahui bahwa sudah banyak anak yang berkebutuhan khusus yang sukses dan memiliki banyak prestasi, Sebagaimana yang dicontohkan oleh Amstrong (1997) bahwa banyak penyandang tunarungu memiliki prestasi tingkat nasional maupun internasional seperti: Samuel Jhonson, Thomas Alva Edison, Granvill Redmond, Marlee Matlin, Ludwig Van Beethoven, dan Helen Keller. Selain itu mereka yang memiliki kekurangan dapat berprestasi dalam dunia olahraga/ olympiade dan banyak menjadi motivator dan inspirasi bagi para pengusaha sukses, pemimpin dan orang-orang normal lainnya.
Banyak hal yang sudah dibuktikan oleh mereka yang selama ini terpisah dan dipisahkan dari kehidupan normal. Keberadaan mereka di dalam pendidikan normal dan sekolah formal sudah seharusnya menjadi sumber baik untuk belajar maupun membangun solidaritas/ kepekaan sosial yang selama ini telah memudar dikalangan terpelajar. Pendidikan yang selama ini hanya berorientasi pada aspek kognitif/ intelegensi sudah seharusnya memperhatikan ranah-ranah yang lainnya, salah satunya adalah aspek emosional (EQ). Kita pahami bahwa sistem pendidikan di USA sudah memasukkan aspek EQ sebanyak 80% dalm proses pembelajaran dan di Jepang hanya 10 % IQ dan 90% memasukkan unsur EQ. Kemudian apa yang telah dihasilkan oleh kedua negara besar tersebut sekarang, kemajuan dan kekuatan di segala bidang.
Hal ini seharusnya juga sudah diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah kita, dengan segala permasalahan yang kita alami, mulai dari permasalahan moral, kompetensi, kompetisi, dan harga diri. Sama halnya dengan keberadaan anak yang berkebutuhan khusus dan program pendidikan inklusi. Besar harapan agar anak berkebutuhan khusus akan memiliki rasa percaya diri. Sebaliknya, anak-anak normal dan teman sekolahnya akan terdidik dan belajar hidup bertoleransi antarsesama manusia.

Penerapan pendidikan inklusi di SMA Negeri 8 Surakarta yang nota bene berasal dari alih fungsi dari PGSLB (Pendidikan Guru Sekolah Luar Biasa) mengacu pada model ke-3 (Kelas reguler dengan pull out). Anak berkebutuhan khusus di SMA Negeri 8 Surakarta pada tahun pelajaran 2007/2008 ada dua peserta didik : satu peserta didik dikatagorikan sebagai lambat belajar dan satunya lagi menderita cacat fisik. Mengacu pada model pendidikan inklusi yang diterapkan di SMA Negeri 8, maka kedua anak berkebutuhan khusus tersebut tetap mengikuti kegiatan sekolah reguler pada pagi hari, dan pada sore harinya mendapatkan tambahan bimbingan oleh guru yang mempunyai kwalifikasi di bidangnya. Selian itu anak yang mengalami cacat fisik juga mendapatkan bantuan/dibelikan alat bantu (tangan palsu) dan pakaian seragam. Kehadiran pendidikan atau sekolah inklusi memang telah membawa harapan baru bagi anak berkebutuhan khusus. Dan apa yang telah dirintis di SMA Negeri 8 Surakarta kiranya dapat menjadi contoh dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Sumber:

1) http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/04/1106.htm
2) http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0704/18/hikmah/lainnya07.htm
3) http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=158522
4) http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=53
5) http://herinihonmaulana.blogspot.com/2007/11/membangun-kepekaan-sosial-kecerdasan.html
6) http://kangapip.blogspot.com/2007/08/anak-luar-biasa-berkebutuhan-khusus_31.html

Rabu, 02 Januari 2008

MENDIDIK GENERASI PLATINUM GURU HARUS BERUBAH SECARA REVOLUSI

S
aat ini memang ada kecendrungan peserta didik pada saat pelajaran di kelas berlangsung sulit berkonsentrasi menerima materi pelajaran dari guru, apalagi metode yang diterapkan oleh guru masih metode kuno yang masih murni seperti: ceramah, diskusi, tugas yang monoton tanpa ditunjang media tambahan yang telah akrab dilingkungan peserta didik, seperti komputer, internet, ponsel dll. Guru jangan berharap sekarang dan seterusnya mendapatkan suasana kelas seperti mereka sekolah dahulu tenang penuh konsentrsi patuh dan hormat pada guru, karena peserta didik sekarang generasinya sudah berubah mengikuti perkembangan teknolgi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, ada generasi Milenium dan genersai PlatiNum. Jika yang dihadapi guru di depan kelas telah berubah guru juga harus berubah secara revolusi, tidak dapat hanya secara evolusi. Untuk mengubah guru secara revolusi diperlukam energi yang besar, sementara ini energi sebagian besar guru di Indonesai masih digunakan untuk mencari cara agar keluarganya dapat bertahan hidup diantara himpitan ekonomi, Jangan mengharap banyak dari guru untuk terus menambah wawasan dan ilmunya agar dapat berubah secara revolusi kalau kesejahterana guru tidak diperhatikan oleh pemeritah dan masyarakat. Berikut ini adalah gambaran generasi yang dihadapi guru sekarang dan guru dimasa yang akan datang

Ketika masyarakat masih terpana dengan kehadiran generasi Y (Milenium), mereka tidak menyadari akan munculnya sebuah calon generasi baru yang lahir pada abad ke-21 yang lebih canggih dari generasi Y. Merekalah Generasi Platinum, yang lahir sesudah tahun 2000.Seperti apakah ciri-ciri, kesukaan, sikap, aspirasi mereka? Faktor-faktor dan kejadian-kejadian apa saja yang membentuk kepercayaan dan tingkah laku mereka?Psikolog dari Universitas Paramadina, Alzena Masykouri, mengatakan bahwa generasi itu lahir di masa keterbukaan teknologi, keterbukaan cara berpikir, keterbukaan berperilaku, serta ketersediaan sarana pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya."Penamaan sebagai Generasi Platinum oleh para pakar dunia sebetulnya cuma istilah saja, untuk membedakan generasi ini dari sebelumnya. Platinum sendiri mengacu pada sesuatu yang mewah dan elegan," kata dia. Dikatakannya, pada awalnya, hidup generasi yang disebut Baby Boomers. Generasi itu merupakan kelompok masyarakat yang hidup setelah Perang Dunia II yaitu antara 1946 dan 1964. Generasi ini diberi nama Baby Boomers karena pada rentang waktu generasi ini hidup, terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia.Anak-anak yang terlahir di generasi ini merupakan golongan masyarakat yang mulai mengenal televisi dengan beragam acara yang berbeda-beda, seperti Perang Vietnam, pembunuhan John F Kennedy, Martin Luther King Jr, dan Robert F. Kennedy. Golongan masyarakat ini mengenal musik, sebagian besar adalah Rock n Roll, sebagai cara untuk mengekpresikan identitas generasi mereka.Selanjutnya, lahir Generasi X yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980. Anak-anak yang lahir pada generasi ini tumbuh dengan video games dan MTV, dan menghabiskan masa remajanya di tahun 80-an.Anak-anak remaja generasi X memiliki ciri-ciri, kurang optimistis terhadap masa depan, sinis, skeptis, tidak lagi menghormati nilai-nilai dan lembaga tradisional, serta tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua mereka.Di awal 90-an, media menampilkan Generasi X secara fisik sebagai generasi yang senang memakai kemeja flannel, suka menyendiri, banyak tindikan di tubuh, dan lebih memilih bekerja di restoran.Generasi Y, atau yang lebih dikenal sebagai Generasi Millennium, tumbuh seiring dengan banyak kejadian yang mengubah dunia, di antaranya berkembangnya komunikasi massa, serta internet.Terminologi Generasi Y diberikan kepada anak-anak yang lahir dari tahun 1981 - 1995. Anak-anak remaja yang lahir pada generasi ini harus merasakan tingginya biaya pendidikan dibandingkan generasi sebelumnya.Generasi ini cenderung menuntut, tidak sabar, serta buruk dalam berkomunikasi dengan sesama. Survei yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa generasi ini memiliki kemampuan mengeja dan bahasa yang buruk.Generasi Y yang telah bekerja menunjukkan sikap yang cuek dan senantiasa bertentangan dengan peraturan kantor. Namun, generasi ini boleh dipuji untuk energi dan semangat bekerjanya yang luar biasa. Apakah generasi berhenti sampai di sini? Bagaimana dengan anak-anak yang lahir sesudahnya, yang lahir dengan segala ketersediaan sarana serta kemajuan teknologi? "Ya, inilah anak-anak Generasi Platinum. Generasi Platinum adalah terminologi yang diberikan kepada anak-anak yang lahir pada tahun 2000 ke atas atau awal abad ke-21," kata dia.Menurut Masykouri, jika diamati anak-anak kelahiran tahun 2000 memiliki karakter unik yang lebih ekspresif dan eksploratif selaras dengan arah perkembangan zaman.Bila diamati, kata dia, anak-anak Generasi Platinum memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan mengakomodir informasi sehingga mereka memiliki kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya. Kelak, mereka pun dapat menggunakan potensinya untuk bertahan hidup. Bahkan juga menjadi manusia yang berkualitas dan produktif.Generasi sebelumnya memang sudah memiliki tingkat literasi teknologi yang tinggi, namun mereka hanya sebatas sebagai pengguna saja. Generasi Platinum adalah golongan yang memiliki orientasi sekaligus kemampuan berkarya sehingga dapat berperan sebagai produsen, kreator, ataupun inisiator. "Sesungguhnya ini tidak hanya untuk aspek teknologi saja, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan," kata dia. Namun, kata Masykouri, jika ditelaah anak yang lahir pada abad ke-21 adalah hasil `produksi` orang tua (lahir di tahun 70-an), yaitu generasi yang sudah memiliki keinginan untuk mengoptimalkan potensinya. Orang tua mereka adalah umumnya orang-orang yang berpendidikan tinggi.Alhasil, kemunculan generasi yang berbeda tak lepas dari pengaruh orangtuanya yang memiliki pandangan terbuka, dan lebih mudah menerima perubahan, terutama teknologi.Sementara itu, Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia (UI) Dr. Paulus Wirutomo mengatakan bahwa pemisahan generasi tidak bisa dipakemkan karena meliputi banyak aspek seperti kondisi sosial, ekonomi, termasuk informasi.Namun, perkembangan generasi bisa saja terjadi jika terjadi fenomena sosial yang mewabah artinya tidak dilihat dari lingkup yang kecil."Karakter manusia di setiap generasi tidak berbeda jauh karena manusia dibekali dengan kemampuan adaptasti. Namun ada perkembangan generasi. Yang membedakan individu di setiap generasi ialah `life skills` yang dimiliki," kata Paulus Wirutomo. Hal senada dikemukakan sosiolog dari UI Drs Johannes Frederik Warouw MA. Dia mengatakan bahwa wajar terjadinya generasi pada setiap zaman akibat nilai baru dan nilai lama atau modifikasi kedua nilai itu. Setiap generasi, kata dia, pasti memiliki karakteristik manusia yang berbeda karena mereka selalu berhadapan dengan pandangan yang berbeda pula. "Perkembangan itu wajar, tetapi keberadaannya perlu diawasi berkaitan dengan nilai. Karena, bila tidak diawasi bisa jadi malah menghancurkan nilai-nilai yang sudah ada," katanya menambahkan. (*)